• NPOPTKP BPHTB

  • ekayanto

    Member
    1 July 2011 at 11:03 am

    Mo nanya nih rekan2 Ortaxers….

    Kalo NPOPTKP BPHTB itu diberikan per transaksi atau per Wajib Pajak ya?
    Kalo NPOPTKP untuk PBB diberikan per Tanah/Bangunan atau per Wajib Pajak ya?

    Salam…

  • ekayanto

    Member
    1 July 2011 at 11:03 am
  • fusuy

    Member
    1 July 2011 at 2:40 pm
    Originaly posted by ekayanto:

    Kalo NPOPTKP BPHTB itu diberikan per transaksi atau per Wajib Pajak ya?

    per transaksi

    Originaly posted by ekayanto:

    Kalo NPOPTKP untuk PBB diberikan per Tanah/Bangunan atau per Wajib Pajak ya?

    Ayat (3)
    Untuk setiap Wajib Pajak diberikan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebesar Rp. 8.000.000,00 (delapan juta rupiah).
    Apabila seorang Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, yang diberikan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak hanya salah satu Objek Pajak yang nilainya terbesar, sedangkan Objek Pajak lainnya tetap dikenakan secara penuh tanpa dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak.

  • ekayanto

    Member
    1 July 2011 at 3:17 pm
    Originaly posted by fusuy:

    aly posted by ekayanto:
    Kalo NPOPTKP BPHTB itu diberikan per transaksi atau per Wajib Pajak ya?

    per transaksi

    Kalo yang ini aturannya ada dimana rekan?

    Makasih..

    Salam

  • fusuy

    Member
    1 July 2011 at 3:55 pm
    Originaly posted by fusuy:

    per transaksi

    maaf ralat :
    UU PDRD Pasal 87
    (4) Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan paling rendah sebesar Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.

    di UU BPHTB maupun UU PDRD tidak penjelasan tentang beberapa transaksi sekaligus. peraturan pelaksanaannya juga belum ada.

    mungkin rekan lain bisa membantu.

  • junjungansitohang

    Member
    3 July 2011 at 12:19 am
    Originaly posted by ekayanto:

    Kalo NPOPTKP BPHTB itu diberikan per transaksi atau per Wajib Pajak ya?

    menurut saya, NPOPTKP BPHTB diberikan untuk:
    setiap perbuatan hukum (berupa:pemindahan hak atau pemberian hak baru termasuk juga konversi hak dengan disertai adanya perubahan nama) yang dilakukan oleh OP atau Badan, sehingga menyebabkan terjadinya perolehan hak atas T&B tersebut…

    Salam

  • ekayanto

    Member
    4 July 2011 at 4:00 pm

    Makasih rekan fusuy……ak agak bingung soalnya waktu masih jadi pajak pusat tidak jelas aturannya, tapi begitu saya baca UU PDRD di situ jelas sekali

    Originaly posted by junjungansitohang:

    menurut saya, NPOPTKP BPHTB diberikan untuk:
    setiap perbuatan hukum (berupa:pemindahan hak atau pemberian hak baru termasuk juga konversi hak dengan disertai adanya perubahan nama) yang dilakukan oleh OP atau Badan, sehingga menyebabkan terjadinya perolehan hak atas T&B tersebut…

    Dasar nya apa rekan junjungan? apakah karena Objeknya/perbuatan hukumnya berupa pengalihan hak atas Tanah/Bangunan jadi NPOPTKP nya per transaksi atau per- Pengalihan hak? kalo memang alasanya seperti yang saya kemukakan barusan bagaimana dgn PBB? PBB Objeknya tanah/bangunan tapi menentukan NPOPTKP nya tidak per-Objek (tanah/bangunan) tapi per Subjek nya (Pemiliknya). Saya lebih setuju dengan rekan Fusuy karena ada dasar hukumnya…

    Salam

  • junjungansitohang

    Member
    5 July 2011 at 3:50 am
    Originaly posted by ekayanto:

    Dasar nya apa rekan junjungan? apakah karena Objeknya/perbuatan hukumnya berupa pengalihan hak atas Tanah/Bangunan jadi NPOPTKP nya per transaksi atau per- Pengalihan hak?

    ya..benar demikian maksud saya rekan ekayanto…

    Ilustrasi:
    Wajib Pajak BPHTB "Tuan A" melakukan 2 perbuatan objek BPHTB:
    1. Mendaftarkan Hak Warisnya atas sebidang Tanah yang diatasnya berdiri sebuah Bangunan dari (Alm) Ayahnya ke BPN
    2. Membeli sebidang tanah dg. perolehan Haknya atas tanah tersebut adalah HGU

    Berdasar pasal 87 ayat (4) UU PDRD :
    NPOP TKP dalam rangka menghitung NPOP kena pajak atas ke-dua peristiwa di atas diberikan kepada 1 wajib pajaknya yaitu "Tuan A", ….
    Apakah demikian? Padahal peristiwa di atas ada 2 (dua) perbuatan hukum dengan nominal NPOP TKP untuk peristiwa 1 ditetapkan paling rendah Rp. 60 juta, untuk peristiwa 2 ditetapkan paling rendah Rp. 300 juta…!!

    Originaly posted by ekayanto:

    kalo memang alasanya seperti yang saya kemukakan barusan bagaimana dgn PBB? PBB Objeknya tanah/bangunan tapi menentukan NPOPTKP nya tidak per-Objek (tanah/bangunan) tapi per Subjek nya (Pemiliknya).

    Penentuan NPOPTKP, mungkin maksud rekan disini adalah penentuan/penetapan NJOP TKP kah ?

    Menurut saya bukan berdasar dimana Subjek Pajaknya berada tapi berdasar letak Objek pajaknya dalam hal ini Bangunannya …(apakah di perkotaan/pedesaan atau di kawasan yang dipergunakan untuk Perkebunan, Perhutanan dan Pertambangan / P3) …

    Salam

  • ekayanto

    Member
    5 July 2011 at 7:31 am
    Originaly posted by junjungansitohang:

    Penentuan NPOPTKP, mungkin maksud rekan disini adalah penentuan/penetapan NJOP TKP kah ?

    Benar rekan maksud saya NJOP TKP….
    sesuai dengan ketentuan ini :

    Originaly posted by fusuy:

    Ayat (3)
    Untuk setiap Wajib Pajak diberikan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebesar Rp. 8.000.000,00 (delapan juta rupiah).
    Apabila seorang Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, yang diberikan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak hanya salah satu Objek Pajak yang nilainya terbesar, sedangkan Objek Pajak lainnya tetap dikenakan secara penuh tanpa dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak.

    Jadi meskipun objek nya Tanah dan Bangunan tapi pengurangan NJOP TKP nya tidak dilekatkan dengan Objeknya (Tanah/Bangunannya) tetapi ke SUbjek (Pemiliknya)…..jadi kalo kita punya beberapa objek PBB yang dapat pengurangan NJOP TKP PBB hanya 1 saja…(tapi mungkin ini per-Wilayah Kerja KPP saja kali ya…kalo kita punya objek di 2 wilayah KPP, dua-duanya dapet pengurangan NJOP TKP kali ya…) mohon pencerahan…

    Salam

  • ktfd

    Member
    5 July 2011 at 2:07 pm
    Originaly posted by junjungansitohang:

    Ilustrasi:
    Wajib Pajak BPHTB "Tuan A" melakukan 2 perbuatan objek BPHTB:
    1. Mendaftarkan Hak Warisnya atas sebidang Tanah yang diatasnya berdiri sebuah Bangunan dari (Alm) Ayahnya ke BPN
    2. Membeli sebidang tanah dg. perolehan Haknya atas tanah tersebut adalah HGU

    Berdasar pasal 87 ayat (4) UU PDRD :
    NPOP TKP dalam rangka menghitung NPOP kena pajak atas ke-dua peristiwa di atas diberikan kepada 1 wajib pajaknya yaitu "Tuan A", ….
    Apakah demikian? Padahal peristiwa di atas ada 2 (dua) perbuatan hukum dengan nominal NPOP TKP untuk peristiwa 1 ditetapkan paling rendah Rp. 60 juta, untuk peristiwa 2 ditetapkan paling rendah Rp. 300 juta…!!

    rekan junjungan, jika tn a tsb membeli 2 tanah apa tn a mendapat npoptkp 2 kali?
    mohon penjelasan.
    salam.

  • junjungansitohang

    Member
    6 July 2011 at 2:51 am
    Originaly posted by ekayanto:

    Jadi meskipun objek nya Tanah dan Bangunan tapi pengurangan NJOP TKP nya tidak dilekatkan dengan Objeknya (Tanah/Bangunannya) tetapi ke SUbjek (Pemiliknya)…..

    Ada perbedaan antara Siapa yang menjadi Subjek Pajak Dan Siapa yang menjadi Wajib Pajak atas Objek Pajak PBB rekan ekayanto….

    Originaly posted by ekayanto:

    jadi kalo kita punya beberapa objek PBB yang dapat pengurangan NJOP TKP PBB hanya 1 saja…(tapi mungkin ini per-Wilayah Kerja KPP saja kali ya..

    benar…hanya objek Pajak yang mempunyai NJOP terbesar….

    Originaly posted by ekayanto:

    kalo kita punya objek di 2 wilayah KPP, dua-duanya dapet pengurangan NJOP TKP kali ya…) mohon pencerahan…

    Tidak rekan…pengurangan hanya diberikan kepada Objek Pajak Yang mempunyai Nilai Jual Objek Pajak Terbesar…. diantara ke dua wilayah KPP tersebut…

    Salam

  • junjungansitohang

    Member
    6 July 2011 at 2:53 am
    Originaly posted by ktfd:

    jika tn a tsb membeli 2 tanah apa tn a mendapat npoptkp 2 kali?

    benar rekan ktfd…

    Salam

  • ucrit

    Member
    7 July 2011 at 8:27 am
    Originaly posted by junjungansitohang:

    Rp. 60 juta

    Originaly posted by junjungansitohang:

    Rp. 300 juta

    karena BPHTB sudah menjadi pajak daerah untuk wilayah DKI Jakarta untuk transaksi Jual Beli max 80 Juta dan untuk waris hibah wasiat max 350 Juta dan itu di berikan untuk setiap WP

    salam…

  • junjungansitohang

    Member
    7 July 2011 at 9:42 am
    Originaly posted by ucrit:

    karena BPHTB sudah menjadi pajak daerah untuk wilayah DKI Jakarta untuk transaksi Jual Beli max 80 Juta dan untuk waris hibah wasiat max 350 Juta

    setuju rekan…

    Originaly posted by ucrit:

    dan itu di berikan untuk setiap WP

    Hal ini yang menjadi pertanyaan saya di postingan sebelumnya rekan ucrit…berikut postingan tersebut…

    Originaly posted by junjungansitohang:

    Ilustrasi:
    Wajib Pajak BPHTB "Tuan A" melakukan 2 perbuatan objek BPHTB:
    1. Mendaftarkan Hak Warisnya atas sebidang Tanah yang diatasnya berdiri sebuah Bangunan dari (Alm) Ayahnya ke BPN
    2. Membeli sebidang tanah dg. perolehan Haknya atas tanah tersebut adalah HGU

    Berdasar pasal 87 ayat (4) UU PDRD :
    NPOP TKP dalam rangka menghitung NPOP kena pajak atas ke-dua peristiwa di atas diberikan kepada 1 wajib pajaknya yaitu "Tuan A", ….
    Apakah demikian? Padahal peristiwa di atas ada 2 (dua) perbuatan hukum dengan nominal NPOP TKP untuk peristiwa 1 ditetapkan paling rendah Rp. 60 juta, untuk peristiwa 2 ditetapkan paling rendah Rp. 300 juta…!!

    Mohon pendapat rekan…

    Salam

  • ekayanto

    Member
    7 July 2011 at 9:42 am
    Originaly posted by ucrit:

    Originaly posted by junjungansitohang:
    Rp. 60 juta

    Originaly posted by junjungansitohang:
    Rp. 300 juta

    karena BPHTB sudah menjadi pajak daerah untuk wilayah DKI Jakarta untuk transaksi Jual Beli max 80 Juta dan untuk waris hibah wasiat max 350 Juta dan itu di berikan untuk setiap WP

    Yang dikutip rekan junjungan adalah dari UU PDRD dan di UU tsb disebutkan jumlah tersebut adalah jumlah minimal NPOPTKP, karena BPHTB sudah jadi pajak daerah kewenangan penetapan besaran NPOPTKP BPHTB diserahkan daerah dengan ketentuan tidak boleh kurang dari jumlah yang diamanatkan UU…bagaimanapun juga PERDA harus mengacu pada peraturan yg ada diatas nya.

Viewing 1 - 15 of 19 replies

Original Post
0 of 0 posts June 2018
Now